Skip to main content

Dongeng Digital Indonesia (DDI) : Serial Petualangan Wako #3 : Wako dan Para Nelayan

 Selamat datang di DDI : Serial Petualangan Wako #2 : Kembalikan mangrove ku !

karena dongeng ini merupakan serial, jadi disarankan kalian membaca terlebih dahulu yaa serial sebelumnya. Berikut link untuk Serial Petualangan Wako

#1 Serial Petualangan Wako : Laut Sampah Ibukota

#2 Serial Petualangan Wako : Kembalikan Mangrove Ku!

Enjoy ~ !!

-------------------------------------------------------

Disuatu pagi yang cerah, Wako berlayar menggunakan perahunya menuju Pulau Angin. Kali ini, ia berlayar bersama dengan temannya, yaitu Geo. Kala itu, arusnya cukup tenang, matahari bersinar cukup terik, terdengar suara burung laut dari kejauhan. Perjalanan yang ditempuh menuju Pulau Angin sekitar 4 jam dari pulau kelahiran Wako. Mereka ke Pulau Angin untuk bekerja, karena di Pulau Angin kebanyakan masyarakatnya adalah nelayan. Selama di perjalanan, Wako menceritakan pengalaman-pengalaman sebelumnya kepada Geo. Geo mendengarkannya dengan penuh antusias. Dan tidak terasa, setelah melalui pembicaraan yang panjang itu, mereka berdua sampai di Pulau Angin.

 

Pulau angin tampak seperti pulau yang cukup ramai oleh penduduk. Dari situ terlihat kapal-kapal nelayan berjajaran di dermaga. Wako dan Geo mencari dermaga yang kosong untuk menepi. Geo mengikat tali menuju suatu penghalang disitu, sedangkan Wako mengendalikan perahunya agar dapat parkir dengan  sempurna. Yap, tampaknya perahu mereka sudah menepi dengan baik.

 

Mereka berjalan menyusuri dermaga yang cukup ramai disitu. Selanjutnya, tempat yang mereka tuju adalah rumah pak kasim. Pak kasim merupakan salah satu nelayan Pulau Angin yang sudah cukup berpengalaman. Mereka berdua kenal pak kasim karena dikenalkan oleh ayah Wako. Selama di perjalanan, ia melihat aktivitas masyarakat yang sibuk sekali dengan urusan mereka. Ada nelayan yang sedang menyiapkan jaring untuk menangkap ikan, anak kecil yang sedang bermain air di laut, ibu-ibu yang sedang menjajakan ikan-ikan untuk di jual, dan masih banyak lagi.

 

Sampailah mereka di rumah pak kasim. Pak kasim menyambut mereka dengan ramah. Disana mereka langsung dipersilahkan duduk oleh pak kasim.

Pak kasim        : “Besok kita mulai tangkap ikan yaa nak, skrg kalian bisa keliling-keliling dulu atau mau istirahat juga boleeh”

 

Wako               : “Wah cepet juga ya pak, kira-kira kita berangkat jam berapa ya pak ?”

Pak kasim        : “ya sekitar pagi-pagi sebelum fajar”

Geo                  : “wahah pagi baget ya, bangunin aku ya wako”

Wako               : “Hadeuuu”

Pak kasim        : “haha, tidak apa nak, nanti bapak bangunin haha”

Wako               : “seperti saya ingin berkeliling sebentar pak

Geo                  : “saya mau tidur ajadeh pak, ngantuk hehe”

Pak kasim        : “hoho, tidak apa..Wako bisa berkeliling disekitar dermaga, buat refreshing lah ya.. lalu

untuk nak Geo silahkan.. ada dua kamar kosong kamu bisa pilih. Anggap aja rumah sendiri”

Wako dan Geo : “Baik, terimakasih pak kasim”

 

Geo menuju kamarnya, sedangkan Wako keluar sebentar untuk melihat-lihat disekitar dermaga Pulau Angin. Ketika ia sedang berjalan-jalan disekitar dermaga ia melihat nelayan yang baru saja menepi. Tampak mereka sedang mengangkut sirip-sirip hiu yang masih segar dan jumlahnya cukup banyak. Wako memang suka makan ikan, tetapi ia baru tau kalo sirip hiu juga dapat dikonsumsi karena yang ia tau hiu itu termasuk hewan yang berbahaya. Lalu Wako bertanya dengan nelayan disitu

 

Wako               : “Pak, sirip hiu emang dimakan ya ?”

Nelayan           : “Oh, kamu baru tau ya ? sirip hiu tuh sekarang lagi banyak diburu nak, biasanya kita jual

ke restoran restoran cina gitu soalnya mereka suka masak sup sirip hiu”

Wako               : “oalah, gitu ya pak. Kalo daging lainnya dimakan juga gak pak ?”

Nelayan           : “hmm.. kalo kita mah cuman ambil sirip nya aja nak, tubuh lainnya dibuang”

Wako               : “mksd bapak ?”

Nelayan           : “Ituloh, jadi kita tangkep ikan hiunya, terus kita potong siripnya.. nah hiunya kita balikin

lagi ke laut”

Wako               : “Tapi kan siripnya udah diambil pak, emang hiu nya bisa berenang lagi ?”

Nelayan           : “aduh itu mah bukan urusan saya nak haha, saya permisi dlu ya”

 

Wako masih memikirkan apa yang dibicarakan nelayan tersebut. karena tampaknya matahari sudah mulai tenggelam, Wako kembali ke rumah pak Kasim untuk beristirahat.

 

....

 

Keesokan harinya, sekitar jam 3 pagi. Wako, Geo dan pak kasim bersiap untuk pergi kelaut. Perlengkapan di cek kembali agar tidak ada yang tertinggal. Mereka bersama-sama berjalan menuju dermaga. Suasana desa tampak sepi, deruan ombak memecah sunyi, lampu senter membantu mereka menerobos kegelapan kala itu, angin malam yang cukup kencang sehingga mereka menggunakan jaket agar tidak kedinginan. Sampailah mereka di dermaga. Bersama-sama mereka memindahkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk menangkap ikan. Disana, mereka juga bertemu dengan anak buah kapal pak Kasim lainnya. Setelah dirasa persiapan telah siap, mereka mulai berlayar. Pak Kasim memiliki kapal yang cukup besar dan kokoh. Kapal itu sudah menggunakan mesin sehingga tidak perlu memanfaatkan angin lagi untuk berlayar. Wako memandangi laut yang gelap pada pagi itu.

 

Perjalanan menuju tempat penangkapan ikan membutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Pulau Angin. Selama perjalanan itu, mereka melihat berbagai hal, seperti terbitnya matahari dari timur, lumba-lumba yang melompat, dan tidak jarang mereka bertemu dengan nelayan lainnya yang sedang berlayar juga. Tibalah mereka di tempat pengambilan ikan. Wako dan Geo membantu pak Kasim untuk menyiapkan alat penangkapan ikannya. Dilemparlah jaring itu kelaut. Jaring itu terhubung dengan kapal sehingga ketika kapal bergerak, jaring itu akan menyapu ikan-ikan yang ada dibawahnya. Jaring yang tadinya disebar itu mulai terlihat di permukaan air, lama kelamaan terangkat. Nampak ikan-ikan segar terperangkap dalam jaring.

 

Pak Kasim        : “Lihat nak ! inilah enaknya jadi nelayan”

 

Jaring itu kemudian didaratkan di geledak kapal. Wako, Geo, Pak Kasim beserta anak buah kapal lainnya melihat ikan-ikan hasil tangkapan kami tadi.

 

ABK                : “Pak ada ikan hiu nih ketangkep”

Pak Kasim        : “Wah kasian sekali, dilepas saja itu hiunya”

Wako               : “Kenapa dilepas pak ? saya lihat nelayan lain nangkep ikan hiu”

Pak Kasim        : “Kapan kamu lihat ko ? sebenarnya, ikan hiu disini itu sudah mulai jarang ditemuin gara

gara sering ditangkepin nelayan. Hiu itu sangat meskipun termasuk hewan berbahaya, tapi dia juga hewan penting dilaut karena dia yang menjaga hewan-hewan lain juga”

Wako               : “wah begitu ya pak”

Pak Kasim        : “kamu tau nak? Ada beberapa nelayan yang jahat loh. Mereka nangkep hiu terus dipotong

tuh sirip-siripnya. Terus hiunya dibuang lagi ke laut”

Wako               : “Wah kok bisa kayak gitu pak ?”

Pak Kasim        : “nah itulah nak terkadang manusia itu serakah dan tidak sadar bahwa perbuatan mereka

keji. Alasannya paling biar tidak memenuhi kapal. Tapi ya menurut saya itu perbuatan yang tidak manusiawi sekali”

Geo                  : “Sampai sekarang masih ada yang kayak gitu pak ?”

Pak Kasim        : “saya gak tau sih, tapi kayaknya masih ada”

Wako               : “kemarin saya ketemu bapak2 nelayan gitu dia juga bilang kayak gitu ke saya”

Pak Kasim        : “selain itu, banyak juga nelayan yang kebanyakan nangkepnya. padahal gara2 mereka

juga tangkapan kita jadi menurun. Harusnya bisa bawa pulang ikan lebih banyak mungkin 2x lipat dari ini. kalau kita kan ikan nya di pilih-pilih ya mana yang kita bawa pulang mana yang harus dilepas lagi. Tapi ada juga nelayan yang langsung aja gitu bawah balik semau tangkapannya. Sampai ikan2 langka pun dibawa juga ama mereka, padahal dilindungi undang-undang”

Wako               : “wah harus segera bertindak!”

 

Setelah memilah ikan-ikan hasil tangkapan, mereka melanjutkan lagi menangkap ikan di wilayah lain.. tak terasa, sudah jam 3 sore, sudah waktunya bagi mereka untuk pulang. Diperjalanan itu, mereka berdiskusi untuk mengupayakan agar penangkapan ikan yang dilakukan nelayan lainnya tidak berlebih. Sesampainya di dermaga, pak Kasim bersama dengan Wako dan Geo pergi menuju warung makan tempat dimana nelayan-nelayan berkumpul untuk beristirahat. Disitulah pak Kasim, Wako dan Geo berbicara dengan nelayan-nelayan lainnya.

 

Pak Kasim        : “Saya rasa beberapa dari bapak-bapak sekalian sudah mulai kesulitan mencari ikan.

Bahkan kita harus pergi ke tempat yang cukup jauh agar bisa menangkap ikan”

Wako               : “Iya bapak, menurut kami mungkin ini terjadi karena kita terus menerus menangkap ikan

secara berlebihan, bahkan saya yakin bapak-bapak sekalian pernah juga menangkap ikan yang menyebabkan terumbu karang dibawahnya rusak, atau bahkan ada nelayan juga yang menangkap hiu hanya untuk diambil siripnya”

nelayan            : “lantas kenapa jika kami seperti itu? apakah salah ?”

Wako               : “bukan seperti itu pak maksud saya, kita ini memang pastinya bergantung dengan ikan

ikan. Namun kita tidak sadar bahwa ketika kita menangkap ikan-ikan ini kita justrus merusak rumah mereka, yaitu terumbu karang. Sehingga kemungkinan telur-telur, ikan-ikan kecil akan mati, rumah mereka pun ikutan rusak. Selain itu, untuk ikan hiu seperti yang kita tau bahwa ikan hiu itu ternyata penting banget buat terumbu karang karena hiu itu ikan yang mengatur rantai makanan dilaut sebagai predator tingkat tinggi”

nelayan            : “haduh saya gak paham”

Geo                  : “maksud wako tuh pak, kita butuh cara yang benar agar kita bisa nangkep ikan terus tanpa

kekurangan ikan lagi. Gituu”

Wako               : “Yap, simplenya seperti itu pak”

Nelayan           : “ Lalu bagaimana caranya ?”

Wako               : “kita harus mengatur tempat pengambilan ikan, lalu menggunakan alat tangkap yang lebih

ramah lingkungan, serta mengatur jadwal penangkapan ikan”

Pak Kasim        : “jika bapak sekalian setuju, kita bisa bicarakan ini sekarang sehingga kita tidak merasa

dirugikan”

Nelayan           : “okee,, setuju”

 

Mereka pun menerapkan sistem penangkapan yang lebih efektif. Keesokan harinya, mereka mengikuti rencana yang sudah ditentukan. Wako, Geo dan Pak Kasim juga menangkap ikan seperti biasanya. Namun bedanya adalah, sudah tidak ada lagi pemburuan ikan hiu, daerah penangkapan ikan juga tidak diwilayah terumbu karang, serta selektif dalam memilih ikan. Stok ikan di pulau angin tidak mengalami penurunan seperti sebelumnya, mereka dapat menangkap ikan dan dapat menghidupi kebutuhan sehari-harinya tanpa harus khawatir dengan penurunan jumlah tangkapan mereka.



~To be continue


 Pesan Moral :

Mari Melawan Kepunahan dengan Menjaga Keberlangsungan Hidup Mereka

Comments

Popular posts from this blog

#3 Diver corner : Macrobenthos identification methods

Pengambilan data makrobentos Hello gaess, welcome back to ma blogg uhuyyyy Oke udah lama gua gak nge post lagi di blog hehe.. jadi untuk post kali ini gua bakal membahas mengenai metode pengambilan data makrobentos. Hah? Makrobentos apaan tuh? Tenang dulu .. kita bakal bahas satu persatu jadi santuy aja ok? Jadi, untuk tutorial selanjutnya gua berencana untuk membuat tutorial yang mengarah ke scientific diver yaitu metode pengambilan data baik itu ikan, karang dan bentos. Nah, karena gua mengambil spesialisasi makrobentos maka untuk metode pertama yang kita bahas adalah makrobentos. Kalau ikan dan karang mungkin kalian udah pada kenal ya, tapi makrobentos itu apa sih? Kalau kita ngomongin makrobentos, mereka adalah hewan-hewan yang hidup didasar perairan baik itu sesil (menempel), merayap atau menguburkan diri mereka di substrat, karang, patahan karang dan bebatuan. Masih belum kebayang hewan-hewannya seperti apa ? coba kita lihat gambar berikut : I

Volunteering di Kaoem Telapak (Maret 2020)

5 Maret 2020 : Evaluasi selanjutnya Jadi untuk kali ini evaluasi untuk postingan-postingan sebelumnya. Mulai dari pewarnaan, font, dan lainnya. Namun untuk bulan ini saya memang sudah jarang mengedit lagi untuk Kaoem, seperti saat ini kaoem sedang sibuk-sibuknya karena ada beberapa konten yang tak sempat disiapkan. Untuk beberapa konten dadakan biasanya mba Mei sendiri yang mengedit *jadi selama ini mba Mei belajar ngedit. Jadi saya hanya mengerjakan beberapa konten sajaaa. Kami juga berdiskusi bakal ada konten video lagi. Video yang kemarin sudah saya buat templatenya ada beberapa revisi dan sudah saya perbaiki. Namun sampai saat ini belum ada konten lagi. Untuk pertemuan sekarang gak terlalu lama. Jadi hanya sekedar ngobrol, trus ngelawakk.. ngobrol ama orang-orang kaoem lainnya hehee.. Selain itu, saya juga ngobrol terkait jadwal saya untuk bulan Maret kedepannya bakal padet. Harusnya April saya ke Pulau, trus KKN, Ekspedisi, LPT, dan Simulasi.. *tapi itu sebelum coronsky meny

Sharing session with my mentor, Yoppy Pieter #6

 Hallooo guysss.. welcome to my blog again :)) Wah sudah masuk sharing session ke 6 ya gak kerasa :')... Jadi setelah ngeupload foto-foto hasil hunting kemarin,, selanjutnya dari mas Yoppy menyeleksi foto-foto yang saya dapatkan sesuai dengan project yang sudah ditentukan. Dari total keseluruhan ada 275 foto yang saya ambil, namun hanya 24 foto yang dipilih mas Yoppy.. Lalu, mas Yoppy menyampaikan bahwa ada beberapa foto lagi yang harus saya ambil diantaranya sebagai berikut : 1. Kehidupan nelayan sehari-hari 2. Cara nelayan ini bersosialisasi 3. Kehidupan nelayan dirumahnya 4. Nelayan ketika sedang makan 5. Nelayan ketika sedang tidur 6. Nelayan ketika bangun tidur 7. Kondisi sungai yang mengalirkan polusi 8. Aktivitas pengupasan kerang Menurut mas yoppy, foto-foto saya masih banyak yang terlalu candid. Foto tersebut masih menunjukkan kalau saya masih menjaga jarak dengan subyek yang saya incar. Ia berpesan kalau saya harus menjadi bagian dari mereka. Saya tidak boleh memandang pr