Skip to main content

#3 Diver corner : Macrobenthos identification methods

Pengambilan data makrobentos

Hello gaess, welcome back to ma blogg uhuyyyy
Oke udah lama gua gak nge post lagi di blog hehe.. jadi untuk post kali ini gua bakal membahas mengenai metode pengambilan data makrobentos. Hah? Makrobentos apaan tuh? Tenang dulu .. kita bakal bahas satu persatu jadi santuy aja ok?

Jadi, untuk tutorial selanjutnya gua berencana untuk membuat tutorial yang mengarah ke scientific diver yaitu metode pengambilan data baik itu ikan, karang dan bentos. Nah, karena gua mengambil spesialisasi makrobentos maka untuk metode pertama yang kita bahas adalah makrobentos. Kalau ikan dan karang mungkin kalian udah pada kenal ya, tapi makrobentos itu apa sih?


Kalau kita ngomongin makrobentos, mereka adalah hewan-hewan yang hidup didasar perairan baik itu sesil (menempel), merayap atau menguburkan diri mereka di substrat, karang, patahan karang dan bebatuan. Masih belum kebayang hewan-hewannya seperti apa ? coba kita lihat gambar berikut :





Iyap, kalau kalian liat gambar diatas.. yaa mereka adalah makrobentos. Sebenarnya kita kenal dengan hewan-hewan ini tetapi jarang sekali orang tahu kalau hewan ini termasuk kedalam makrobentos. Itulah mengapa gua tertarik sekali mengambil spesialisasi makrobentos ini karena banyak sekali hewan yang di ident dan lucu-lucu sih menurut gua >.<

Ok, back to topik. Ranah gua sebagai seorang diver adalah scientific diver dimana gua bukan sekedar diving rekreasi, tetapi gua mengambil data ekosistem terumbu karang lebih tepatnya makrobentos. Untuk mengambil data makrobentos tidak sebarang asal mengambil. Kalau di club gua, sebelum gua bisa turun untuk mengambil data gua harus kenal dulu dengan biota-biota tersebut dengan cara belajar identifikasi seperti menghafal nama spesies-spesies mereka, ciri khas mereka, tempat tinggal dan lainnya. Setelah gua mengenal biota-biota tersebut tentunya gua gak langsung turun juga gitu langsung ident 1 pulau pramuka kan gak mungkin banget ye gak? Itulah mengapa adanya metode pengambilan data. Metode pengambilan data tiap spesialisasi itu berbeda tergantung beberapa faktor.

Dalam menentukan metode pengambilan data harus terdapat acuannya. Setiap metode mempunyai teknik dan fungsi tersendiri. Terdapat berbagai macam metode pengambilan data makrobentos diantaranya sebagai berikut :

1)      Belt transect
2)      Manta tow

3)      Time swim
3)      Quadrats



Belt transect
Dan ini dia metode yang sering gua pakai. Yap, belt transect. Mungkin aneh bahasanya kalo diartiin dalam bahasa indonesia. Belt transect itu sendiri adalah salah satu metode pengambilan makrobentos skala medium yang merupakan modifikasi dari metode LIT (Line intercept transect) dengan cara menyapu transect sejauh 1 meter kekiri dan 1 meter kekanan. Dalam english et al. 1994, Metode belt transect dilakukan oleh 2 observer masing2 di kira dan dikanan. Namun, gua sendiri di FDC karena kekurangan sumber daya manusia jadi belt transect ini dapat dilakukan oleh 1 orang. Bagaimana caranya ? agar transect dapat tersapu oleh 1 orang observer, kami mengambil data dengan cara zig zag dengan harapan dapat menyapu 1 m kekiri dan kekanan. Di FDC sendiri kami mengambil data di transect sebanyak 3 kali pengulangan dengan masing-masing transect sepanjang 20 meter dan jeda 5 meter ditiap pengulangannya (jaman gua Coralation), tapi belum tentu panjang transect 20 meter.

Metode ini menurut gua mungkin awalnya agak ribet karena harus zig zag dan gak asal gitu karena lu harus bener-bener dalam kondisi netral (gak ada tuh yang ngelambung atau ngedrop) dan jarak antara mata dengan objek minimal sejengkal karena bentos itu identik dengan ukuran yang kecil. Selain itu, harus bisa parkir biar pas lu muter gak kelebihan 1 m atau bahkan kurang, kan sayang datanya.
Data yang diambil biasanya yaitu spesies, jumlah, dan ukurannya. Ukuran disini untuk makrobentos ekonomis penting atau spesies makrobentos lainnya yang sekiranya membutuhkan data ukuran untuk pembahasan nantinya.
Ilustrasi belt transect yang dimodifikasi
Sumber : Coralation VII Diklat 36      
Dan ini ada video yang mungkin biar bisa kebayang zig zag nya tuh kayak gimana. Cara muter nya, dan jarak dari mata ke objek bisa cekidot aja langsung ke video ini :)



Format data disabak

Untuk atribut itu sendiri dapat diisi berupa :
Dive number (Dive ke berapa dari total dive pada kegiatan itu), hari, tanggal, time in (Waktu ketika dive/turun), time out (Waktu ketika naik ke permukaan), dive site (Lokasi pengambilan data), latitude, longitude, reef type (tipe tubirnya), depth (kedalaman pengambilan data), surface (kondisi arus di permukaan), bottom (kondisi arus di kolom), substrat (tipe substrat), collector (nama pengamat), visibilitas (kejernihan air atau jarak pandang) dan lainnya

Lalu ketika pengambilan data, ditulis tuh tiap ulangannya misalnya ketika ulangan 1 ditemukan bulu babi (Diadema setosum), tulis dah di sabak sama jumlahnya berapa. Gak harus nulis diadema setosum juga, kalian bisa buat namanya sesuai yang kalian inginkan asalkan jelas, dapat dibaca dan mewakili spesies tersebut. Contoh lainnya ketika kalian menemukan makrobentos ekonomis penting seperti kima, selain menulis nama spesies dan jumlah kalian juga harus menulis ukurannya. Biasanya, gua bawa meteran jahit terus di lilit di lengan kiri gua biar pas gua nemu ekonomis penting gua ukur deh disitu.

Kelebihan :
1.       Mudah dilakukan
2.       Tidak memerlukan biaya yang banyak
3.       Peralatan tidak sebanyak metode manta tow

Kekurangan :
1.       Harus menggunakan diver yang memiliki pengalaman



Manta tow


Pengambilan data dengan menggunakan metode manta tow
Sumber: https://www.researchgate.net/

Metode ini merupakan salah satu teknik pengambilan data ekosistem terumbu karang secara menyeluruh dengan waktu yang singkat. Metode ini sangat cocok sekali untuk kalian yang ingin mengambil data ekosistem terumbu karang skala besar atau dengan tujuan untuk inventarisasi biota-biota. Pengambilan data dengan metode ini dengan cara pengamat berada di belakang perahu dan ditarik oleh perahu.







Persiapan :

Manta Board
Sumber : https://www.researchgate.net/


1)      Perahu / boat (min. 5 pk)
2)      ADS (Alat dasar selam) seperti masker, snorkel dan fins

3)      Manta board
1)      Tali (20 meter, diameter 1 cm)
2)      Pelampung
3)      Sabak dan pensil
4)      Stopwatch
5)      GPS

Prosedur : 

Dalam Manta tow terdapat 3 orang yang memiliki tugas :
a)       Pengemudi perahu / boat : mengemudi boat untuk menarik pengamat. Orang ini berada di bagian kemudi. Kecepatan yang digunakan 3-5 km/jam
b)      Pengamat : mengambil data dan mencatat data di sabak. Orang ini berada di manta board.
c)       Notulen : bertugas sebagai penunjuk arah untuk melihat posisi perahu agar selalu berada diantara terumbu dengan tepi tubir. Selain itu bertugas sebagai time keeper. Lalu mencatat hal-hal lainnya seperti kondisi perairan, waktu dan lainnya.

Pelaksanaan :

1)      3 orang tersebut berada di posisi seharusnya.
2)   Notulen mengamati kondisi perairan dan memberi arahan ke pengemudi agar berada di daerah terumbu karang.
3)      Pengemudi mengemudi boat dengan kecepatan 3-5 km/jam mengikuti arahan notulen
4) Pengamat melakukan pengamatan dengan bergerak ke kiri, kanan atau menyelam dengan menggerakkan papan manta. Melihat ke dalam air lalu mengingat apa saja yang dilihat didalamnya selama 2 menit.
5)      Notulen mengingatkan waktu untuk pengambilan data
6)      Setelah pengamat melakukan pengamatan, pengamat melakukan pencatatan dengna waktu yang telah ditentukan notulen
7)      Selanjutnya melakukan pengamatan lagi hingga titik pengambilan data terambil semua


Jarak antar boat dengan manta board
Sumber : https://www.researchgate.net/

Data sheet :
Data sheet manta tow
Sumber : https://swfsc.noaa.gov/

Petunjuk persent cover karang untuk manta tow
Sumber : https://www.researchgate.net/

Tutupan substrat untuk manta tow
Sumber : http://sango.churashima.okinawa/

Kelebihan
1.       Daerah yang luas dapat disurvei dalam waktu yang singkat
2.       Metode yang digunakan sederhana dan mudah untuk dipraktekkan
3.       Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal
4.       Peneliti tidak terlalu lelah untuk survey areal yang luas.

Kekurangan
1.       Survey secara tidak sengaja bisa dilakukan pada lokasi di luar terumbu karang (pasir, perairan yang dalam)
2.       Peneliti sering lupa bila terlalu banyak objek yang harus diingat
3.       Kemungkinan ada objek yang terlewatkan atau tidak teramati
4.       Metode tidak cocok digunakan pada saat kondisi visibility lokasi rendah atau kurang dari 6 meter.

Metode ini memang secara garis besar lebih mengident ke terumbu karang. Bentos yang biasanya di ident pada metode ini adalah tipe makrobentos hingga megabentos karena ukurannya yang dapat dilihat dari permukaan. Salah satu spesies bentos tersebut adalah Xestospongia sp. , Acanthaster planci dan lainnya. 

Time Swims
Metode ini dilakukan dengan cara menyelam pada kedalaman tertentu (dulu gua sampe kedalaman 20m) dari titik awal, lalu melakukan pengamatan dari bawah ke atas secara zigzag hingga bertemu lagi ke titik awal dengan waktu tertentu (sesuai namanya ya gengs). Metode ini sangat cocok buat kalian yang ingin inventarisasi biota dalam skala medium hingga besar. Metode ini sekaligus dapat menginventarisasi biota yang berada di kedalaman dalam hingga dangkal tidak seperti manta tow yang hanya di daerah dangkal.
Metode ini cukup simple sih menurut gua, karena cuman perlu ke kedalaman tertentu terus kalau kalian ketemu bentos misalnya di ident deh. Cuman kalian harus sesuaikan ketika kalian zig zag ke atas itu pas sampai titik awal. Perhitungan isi tabung juga perlu di perhatiin, jangan sampai ketika kalian nge-ident dan belum sampai ke titik awal malah habis tabungnya. Perhatikan juga dengan waktu yang ditentukan.

Kelebihan
1.       Daerah yang luas dapat disurvei dalam waktu yang singkat
2.       Metode yang digunakan sederhana dan mudah untuk dipraktekkan
3.       Biaya yang digunakan tidak terlalu mahal
4.       Peneliti tidak terlalu lelah untuk survey areal yang luas.

Kekurangan

1.       Susah untuk menemukan titik awal


Quadrats
             Metode ini merupakan metode pengambilan data dengan skala kecil, karena kita hanya mengambil data di dalam kerangka kuadrat. 


Biasanya jika menggunakan metode ini kita membawa kamera underwater untuk difoto. Nanti hasil fotonya bisa di ident menggunakan software CPCe. Trus di ident deh tiap titik-titiknya.

Oke mungkin dari gua cukup segitu dulu. Sebenarnya masih banyak metode-metode pengambilan data, jika kalian penasaran dengan metode-metode lainnya kalian bisa baca-baca di buku metode monitoring dan sudah banyak kok di internet untuk buku-buku tipe online.

Bonus berikut merupakan video pengambilan data ketika diklat gua monitoring di pulau pramuka. Cekidott...












Comments

Popular posts from this blog

Kerang Hijau dan Laut Utara Ibukota

Kerang Hijau dan Laut Utara Ibu Kota oleh Silki Anisa Hidayat Pak Ci sedang membawa hasil tangkapan kerang hijaunya ke kapal Hidup menjadi seorang nelayan di negara kepulauan terbesar di dunia bukan menjadi suatu hal yang asing lagi. Mayoritas masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir bekerja sebagai nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Indonesia sendiri dikenal memiliki sumberdaya hayati laut yang melimpah. Berbagai macam cara dimanfaatkan masyarakat baik dari perikanan tangkap hingga perikanan budidaya. Pemanfaatan sumberdaya hayati laut oleh masyarakat pesisir tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pelosok. Ditengah hiruk pikuk ibukota, masyarakat yang tinggal di pesisir utara DKI Jakarta pun hingga saat ini masih bertahan hidup bergantung dengan sumberdaya laut Jakarta. Kecamatan Cilincing menjadi salah satu tempat tinggal bagi masyarakat pesisir utara Jakarta. Mayoritas masyarakat di Cilincing bekerja sebagai nelayan perikanan tangkap dengan komoditas ut...

Sharing session with my mentor, Yoppy Pieter #3

Halloo..sudah lama tidak berjumpaa di blog yehey Untuk bulan ini, saya sudah mengajukan storyline awal photostory saya ke mas yoppy. Selama hasil sharing, awalnya saya berencana untuk mengangkat terkait pencemaran yang ada di perairan DKI Jakarta dan pengaruhnya terhadap kerang hijau di sana, namun setelah saya melihat sendiri di lokasi, ternyata banyak kisah yang lebih menarik dibandingkan mengangkat isu yang cukup sensitif juga bagi masyarakatnya. Selama sharing, baik dengan mas yoppy maupun dengan bang ilyas yang menemani saya di lapang, ternyata masyarakat pesisir Jakarta sering kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat luar yang tidak tahu apa-apa dengan kondisi yang sebenarnya. Sehingga akhirnya, story yang saya angkat lebih ke masyarakat yang berada di kondisi tersebut, yaitu keluarga Pak De yang sudah lama berkecimpung di dunia kerang hijau selama lebih dari 50 tahun. Anak-anak dan istrinya juga mengikuti jejak suaminya. berikut merupakan storyline dari photostory saya ----- ...