Skip to main content

Volunteering di Kaoem Telapak (April 2020)

Haloooo guyss.. ketemu lagi dengan sayaa di post mengenai pengalaman saya volunteering di Kaoem Telapak uhuyy..

Tidak terasa sudah sebulan lebih kita mengkarantinakan diri sendiri #DiRumahAja hehe...yap, semua pekerjaan menjadi online termasuk tugas kuliah, orgnisasi dan yang lainnya.. karena saya di kaoem telapak sebagai editor feed mereka saya paling bantu-bantu ngedit gitu sih dirumah.. tapi untuk sebulan ini saya belum ada tugas lagi sih buat ngedit feed.. jadi saya gak bisa bercerita lebih banyak sih untuk bulan April ini... dulu sempet ngehubungin mba Mei mengenai feed mungkin bisa saya bantu.. tapi terakhir ia mengatakan kalau sekarang-sekarang tetap #StayAtHome aja dan jaga kesehatan.. di Kaoem Telapak sendiri juga terakhir sedang dirundingkan untuk pekerjaan-pekerjaan apa yang mungkin bisa dijalani ketika pandemi ini berlangsung. yaa jadi sampai sekarang saya belum mengedit lagi sih buat Kaoem Telapak..

yaaa dari saya mungkin segitu duluu sih... semoga kalian tetap baik-baik saja dirumah, tetap jaga kesehatan dan tetap produktif :)

----------------------------------------------------

UPDATE !!!

Jadi berhubung saya belum ada kerjaan terkait tugas sosial, saya mengikuti tugas sosial yang disarankan oleh mba Anti, sebagai berikut :

"Jika masih harus dilakukan social distancing sampai dengan akhir April 2020, maka ini adalah tugas pengganti kalian: Bikin pengamatan kecil di teman2 kamu, adakah yang keluarganya terdampak besar secara ekonomi dari efek lockdown. Misal, yang orang tuanya ojek online. Atau yang orang tuanya jualan di sekolah. Intinya mereka yang jadi tidak punya penghasilan karena lockdown. Update kami tentang hasilnya berupa tulisan tentang apa yang mereka paling butuhkan dan bagaimana mereka menyiasati keadaan saat ini."

Ketika pemerintah mengumumkan ke masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar demi mencegah terjadinya penularan COVID-19. Masyarakat mulai gelisah karena lockdown ini dapat mempengaruhi perekonomian mereka. Saya bertanya ke teman-teman sekitar saya mengenai dampak dari lockdown ini terhadap pendapatan mereka. Tentunya mereka semua bilang bahwa mereka merasa kesulitan untuk mencari penghasilan. Untuk beberapa orang yang melakukan pekerjaan dirumah dan memiliki pendapatan yang tetap mungkin tidak terlalu berpengaruh. Namun, untuk kelas menengah hingga bawah, ini merupakan hal yang sulit. Teman saya yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai swasta mengatakan bahwa orang tuanya yang bekerja disuatu perusahaan swasta mengalami PHK, ada juga yang dikurangi gajinya meskipun tetap bekerja. Lalu, ada juga yang orang tuanya merupakan wirausaha. Penghasilan mereka tidak seperti pada hari biasanya meskipun banyak masyarakat yang memborong sembako untuk disimpan dirumah. Mereka mengalami kendalam dalam re-stok sembako karena saat ini untuk pasar induk juga mengurangi aktivitasnya. Selain itu, penurunan target pembeli yang tidak seperti biasanya akibat dari lockdown ini, misalnya orang tua yang memiliki usaha di dekat sekolah, kampus dan lainnya. Teman saya yang memilki orang tua yang bekerja sebagai PNS mengatakan bahwa saat ini orang tuanya memang WorkFromHome. Untuk pendapatan masih tetap dan ada beberapa tunjangan dari pemerintah yang dapat membantu.

Lalu bagaimana dengan orang tua mereka yang kehilangan atau mengalami kekurangan pendapatan akibat lockdown ini ? Rata-rata mereka menjawab bahwa saat ini yang bisa mereka lakukan adalah memutar otak untuk mencari pekerjaan lain. Beberapa diantaranya menjawab bahwa mereka menjadi driver online, membuka warung dirumah, online shopping, dan ada juga yang saat ini masih menganggur.

Mereka membutuhkan pekerjaan yang mungkin bisa mereka lakukan di kala pandemi ini. Saat ini, pemerintah masih berusaha untuk mencari solusi untuk dapat mensejahterahkan masyarakatnya. Saya dengar dari teman saya bahwa ada yang namanya prakerja. Sejenis program pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat sebelum bekerja. Mereka akan mendapatkan uang untuk dapat mengikuti pelatihan tersebut. Mereka mengatakn bahwa program ini cukup efektif sekaligus dapat menambah softskill dikala pandemi ini. Selain program tersebut. pemerintah berkoordinasi hingga ke RT untuk membagikan sumbangan untuk masyarakat kelas menengah hingga kebawah. Diharapkan dengan bantuan ini dapat mengurangi masalah masyarakat dikala pandemi COVID-19 ini.


Comments

Popular posts from this blog

#3 Diver corner : Macrobenthos identification methods

Pengambilan data makrobentos Hello gaess, welcome back to ma blogg uhuyyyy Oke udah lama gua gak nge post lagi di blog hehe.. jadi untuk post kali ini gua bakal membahas mengenai metode pengambilan data makrobentos. Hah? Makrobentos apaan tuh? Tenang dulu .. kita bakal bahas satu persatu jadi santuy aja ok? Jadi, untuk tutorial selanjutnya gua berencana untuk membuat tutorial yang mengarah ke scientific diver yaitu metode pengambilan data baik itu ikan, karang dan bentos. Nah, karena gua mengambil spesialisasi makrobentos maka untuk metode pertama yang kita bahas adalah makrobentos. Kalau ikan dan karang mungkin kalian udah pada kenal ya, tapi makrobentos itu apa sih? Kalau kita ngomongin makrobentos, mereka adalah hewan-hewan yang hidup didasar perairan baik itu sesil (menempel), merayap atau menguburkan diri mereka di substrat, karang, patahan karang dan bebatuan. Masih belum kebayang hewan-hewannya seperti apa ? coba kita lihat gambar berikut : I...

Kerang Hijau dan Laut Utara Ibukota

Kerang Hijau dan Laut Utara Ibu Kota oleh Silki Anisa Hidayat Pak Ci sedang membawa hasil tangkapan kerang hijaunya ke kapal Hidup menjadi seorang nelayan di negara kepulauan terbesar di dunia bukan menjadi suatu hal yang asing lagi. Mayoritas masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir bekerja sebagai nelayan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Indonesia sendiri dikenal memiliki sumberdaya hayati laut yang melimpah. Berbagai macam cara dimanfaatkan masyarakat baik dari perikanan tangkap hingga perikanan budidaya. Pemanfaatan sumberdaya hayati laut oleh masyarakat pesisir tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di pelosok. Ditengah hiruk pikuk ibukota, masyarakat yang tinggal di pesisir utara DKI Jakarta pun hingga saat ini masih bertahan hidup bergantung dengan sumberdaya laut Jakarta. Kecamatan Cilincing menjadi salah satu tempat tinggal bagi masyarakat pesisir utara Jakarta. Mayoritas masyarakat di Cilincing bekerja sebagai nelayan perikanan tangkap dengan komoditas ut...

About Silki

Hi, Let me introduce myself, my name is Silki Anisa Hidayat. I am 21 years old. I was born in Bogor on 29th November 1998. I live in Depok. Currently, I’m studying as a sixth-semest er student in Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University. In addition to my study, I also learn to dive. More precisely, I learn to be a scientific diver. So I don't only dive to enjoy sea views but also to identify marine creatures like coral, fish, and macrobenthos. The information that I collect is used for scientific reports.  My hobby is photography, so I joined in two student organizations (Fisheries Diving Club (FDC-IPB) and Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan (HIMITEKA-IPB) to helping out with their communication and documentation work. I also could do underwater photography if needed. I want to be a marine conservationist someday and join marine or nature organizations like WCS (Wildlife Conservation Society), ...